Pengertian Puisi Rakyat
Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk yang tidak bisa dihitung satu per satu. Ada banyak ragam tradisi sejarah seperti budaya, bahasa, serta kesenian tradisional yang ada di berbagai daerah. Salah satu ragam budaya dan kesenian tradisonal itu adalah puisi rakyat.
Penjelasan Mengenai Puisi Rakyat
Sajak atau puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang terdiri dari atas beberapa deret kalimat yang dibentuk berdasarkan unsur mantra, panjang pendeknya suku kata, dan lemah kuatnya tekanan suara atau irama. Ciri khas sajak rakyat adalah kalimatnya yang berbentuk terikat (fixed phrase).
Sajak atau puisi rakyat dapat berbentuk ungkapan tradisional (peribahasa), pertanyaan tradisional (teka-teki), cerita rakyat, dan kepercayaan rakyat berupa mantra-mantra sejak dulu kala. Suku-suku bangsa Indonesia menyimpan kekayaan khazanah puisi rakyat yang masih belum tergali. Contoh puisi rakyat di dalam suku Jawa adalah 12 jenis puisi yang dilagukan (tembang mocopat).
Contoh puisi rakyat berbentuk tembang adalah tembang sinom, kinanti, pangkur, dan durma yang berfungsi sebagai sindiran (sisindiran). Berdasarkan jenisnya, sisindiran dibagi menjadi dua kategori, yakni pantun (paparikan) dan peribahasa (wawangsalam).
Di Jawa Timur, sajak rakyat dinamakan parikan. Parikan merupakan pantun yang dinyanyikan dalam pertunjukan ludruk. Salah satu bentuk parikan yang menggambarkan penderitaan rakyat pada masa penjajahan jepang diciptakan oleh Durasim.
Adapun bunyi dari syair puisi tersebut antara lain, "pegupon omahe dara" (pegupon adalah kandang burung merpati), "melok Nippon tambah soro" (Nippon yang merupakan penjajah jepang membuat rakyat sengsara).
Tradisi lisan suku Nabuasa |
Di Nusa Tenggara Timur, berkembang berbagai sajak rakyat. Puisi rakyat tersebut berisi asal usul suatu suku, asal usul tradisi adat, cerita kepahlawanan, dan kepercayaan tradisional. Sajak rakyat tersebut dinamakan bini di Pulau Rote.
Sajak rakyat di Nusa Tenggara Timur biasanya dinyanyikan para tetua adat dalam upacara siklus hidup, seperti kelahiran, kematian, dan panen.
Misalnya, seorang tetua adat suku Nabuasa di Timor Barat yang menceritakan asal usul dan penyebaran sukunya ke Timor Barat pada perayaan panen. Di dalam bahasa Bali puisi rakyat biasa disebut dengan istilah geguritan. Biasanya, tema geguritan adalah masa percintaan.
Adapula puisi rakyat yang ada di daerah Lahat, Sumatera Selatan disebut dengan berejung yang berisikan cerita-cerita para penduduk desa dan menyampaikan petuah atau nasihat untuk masyarakat.
a. Sajak Anak - Anak
Contoh sajak anak anak orang Betawi yang paling terkenal adalah sebagai berikut.
"pok ame ame, belalang kupu-kupu, siang makan nasi, kalo malam minum cucuuuuuuuu ..."
Sajak kanak-kanak tersebut dibawakan untuk membuat anak bayi yang sedang muram agar tertawa, atau bisa juga untuk mengajak anak yang tidak mau minum susu agar mau disuruh minum susu.
Biasanya si anak akan tertawa dan menjadi riang gembira lagi, sambil mengucapkan irama sajak tersebut sang ibu segera menciumi sang anak serta menggelitik seluruh tubuhnya, sehingga si kecil kembali tertawa dan riang gembira.
b. Sajak Permainan
Sedangkan contoh sajak permainan yang berasal dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, adalah sebagai berikut.
"Eee dhayohe teko (he tamunya datang), Eee gelarno kloso (he beberkan tikar), Eee klosone bedhah (he tikarnya robek),
Eee tembelen jadah (he tambal saja dengan kue uli), Eee jadahe mambu (he kue ulinya bau), Eee pakakno asu (he berikan (makan) pada anjing), Eee asune mati (he anjingnya mati), Eee buangen kali (he buang saja ke kali)".
c. Sajak untuk Menentukan Siapa yang Jadi
Permainan Tradisional |
Sajak yang tidak memiliki arti ini diucapkan bersama oleh lebih dari dua anak, sebelum dimulainya suatu permainan, Maksudnya adalah untuk menentukan siapa di antara mereka, yang akan memegang peran sebagai "yang jadi" (it role) dalam permainan yang akan mereka lakukan.
Sementara contoh sajak untuk menentukan siapa "yang jadi" dalam suatu permainan atau tuduhan (counting out rhyme), misalnya dari folklor Betawi, dengan mengucapkan "Hom pimpa, halai hom gambring", dan "Hom pin sut!".
Di antara banyak suku bangsa di Nusantara, antara lain pada orang Betawi, Jawa, Sunda, dan Palembang, juga ada semacam sajak lain untuk menentukan siapa "yang jadi" dalam satu tuduhan, khususnya dipergunakan untuk menentukan siapa di antara kawan-kawan sekelompok anak yang telah buang angin.
Misalnya, sajak permainan pang-pang tut yang berkembang di daerah-daerah seperti contoh nya Betawi sebagai berikut.
"Bang-bang tut, jendela uwa-uwa, siapa yang kentut, ditembak raja tua!".
atau seperti berikut.
"Dang dang tut, akar aling-aling, siapa kentut, ditembak raja maling!".
serta ada juga yang seperti ini.
"Bang bang tut, keladi awe-awe, siape tekentut, ditembak raje tue!".
Ada pula sajak lain dari daerah Palembang yang digunakan untuk menentukan siapa "yang jadi", bunyinya seperti berikut.
"Pang pang put, keladi awo-awo (Pang pang put, keladi awo-awo), sapo tekentut, digigit Cino tuo (siapa yang kentut, digigit Cina tua)."
Penutup
Dari sekian banyak contoh dan penurutan puisi atau sajak rakyat, itulah tadi beberapa macam contoh sajak yang ada di kalangan masyarakat yang dapat diambil dan wajib untuk diketahui.
Karena itu semua merupakan peninggalan sejarah secara turun-temurun yang harus dijaga dan dilestarikan. Baik itu sajak untuk anak-anak, sajak permainan, serta sajak yang digunakan untuk menentukan siapa "yang jadi".
Semoga penjelasan mengenai pengertian puisi rakyat tersebut dapat memberikan pengetahuan dan pembelajaran, serta menjadi informasi sejarah yang dapat dipelajari dan dicontoh dengan baik.
Posting Komentar untuk "Pengertian Puisi Rakyat"
Posting Komentar
Jika ada yang ingin disampaikan, silahkan tinggalkan pesan dikolom komentar :)