Pemberontakan Kaum Nasrani Terhadap Muslim Dalam Perang Salib

pemberontakan kaum nasrani terhadap muslim

Penyebab dari pemberontakan kaum Nasrani terhadap kaum muslim

Faktor Agama, Kondisi kebijakan yang dijalankan pemerintahan turki usmani yang menguasai Yerussalem pada tahun 1076 M. Visi mereka satu yaitu merebut Baitul Maqdis dari genggaman kaum Muslimin (Bani Saljuk) dengan keyakinan bila berziarah ke tanah suci mendapat pahala yang besar

Faktor Ekonomi, memotivasi masyarakat Eropa kelas rendahan, karena mereka seringkali mendapat tekanan, dibebani berbagai pajak serta sejumlah kewajiban lainnya dari kerajaan dan gereja. 

Faktor Politik, kekalahan Bizantium di Manziqart pada tahun 1071 M dan jatuhnya Asia Kecil ke dalam kekuasaan Dinasti Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Comnenus untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah pendudukan Dinasti Saljuk. 

Faktor Sosial Ekonomi, pedagang-pedagang besar yang berada di pantai Timur Laut Tengah terutama yang berada di kota Venezia, Genoa dan Pisa mereka berambisi untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai Timur dan selatan Laut Tengah untuk memperluas jaringan perdagangan mereka. (Nasutin S, 2013:267-271)

Serangan Kristen dalam Perang Salib (1096-1144 M)

Rute perjalanan orang-orang nasrani dimuali sejak Khutbah dan pertemuan Paus Urban di Konstantinopel, kemudian menyebrang ke Asia Kecil. Disinilah para pasukan nasrani berperang untuk pertama kalinya dengan pasukan muslim (Philip K Hitti, 2013:813)

Periode serangan Kristen ini di bagi kepada dua tahap. Tahap pertama disebut gerakan gerombolan rakyat jelata yang tidak memiliki kemampuan berperang, tidak berdisiplin, dan tidak memiliki persiapan yang matang.

Hal itu terjadi karena mereka tersulut oleh api kemarahan dan kebencian terhadap umat Islam pada waktu diadakan kongres pertama di Klemon Prancis tahun 1095 M. Pidato Paus sebagai tanggapan atas permintaan Pendeta Peter Amin dan Kaisar Alexius I dia berhasil mengorbarkan semangat perang suci 

Perang besar Paus inilah yang menyebabkan dia dipandang sebagai tokoh sentral perang Salib. Peserta kongres yang kebanyakan terdiri dari rakyat Prancis, Itali dan Sisilia, Paus menyadari betul kalau unsurunsur tentara Salib tidak hanya terdiri dari orang-orang baik tetapi juga terdiri dari lapisan masyarakat umum (Nasution, 2013:271)

Hasilnya kemenangan dengan mudah dapat diperoleh gerakan Salib kedua ini. Pasukan Godfrey menduduki kota suci Palestina pada tanggal 7 Juni 1099 dan melakukan pembantaian besar-besaran selama lebih kurang satu minggu terhadap umat Islam.

Disamping itu mereka membumihanguskan bangunan-bangunan umat Islam di Yerussalem. Sebelum pasukan ini menduduki Baitul Maqdis mereka lebih dahulu merebut Anatolia Selatan, daerah Tarsus, Antiopia, Aleppo, dan Ar-Ruha’ (Edessa), selain itu Tripoli, Syiria dan Acre. 

Pada 7 Juli 1099 sekitar 40.000 pasukan kaum nasrani, 20.000 diantaranya merupakan pasukan yang paling setia, telah berdiri diluar gerbang Yarussalem. Pasukan mesir sendiri diperkirakan berjumlah seirbu orang. Dengan harapan bahwa banteng akan bisa diruntuhkan. 

Pasukan kaum nasrani berbaris rapat mengelilingi kota, sambil terus meniup terompet perang mereka. Pengepungan itu berlangsung selama satu bulan. Pada 15 Juli para penyerbu menggempur Kota, membantai semua pendudk tanpa membeda-bedakan usia, dan jenis kelaimn. 

Kekalahan pasukan Islam tersebut disamping karena kurangnya persiapan pasukan, juga karena disebabkan Dinasti Saljuk saat itu sedang mengalami perpecahan. Situasi semakin bertambah parah karena adanya pertentangan segi tiga antara khalifah Fatimiah Eropa yang memproklamirkan dirinya sebagai khalifah di Eropa (Nasution, 2013:272-274)

Serangan Balik umat Islam terhadap umat nasrani.

Jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam ketangan pasukan Salib membangkitkan kesadaran kaum muslimin untuk menghimpun kekuatan guna menghadapi mereka. Maka di bawah komando Imaduddin Zanki gubernur Mossul, kaum muslimin bergerak maju merebut Aleppo dan Edessa dari tangan orang Kristen pada tahun 1144 M. 

Kemudian Imaduddin Zanki wafat pada tahun 1146 M sehingga posisinya digantikan oleh puteranya Nuruddin Zanki. Di bawah pimpinan Nuruddin Zanki dia ingin meneruskan cita-cita ayahnya untuk merebut dan membebaskan negara-negara Islam di dunia Timur dari cengkraman kaum Salib. 

Maka dia memimpin pasukan dan berhasil membebaskan Damaskus atau Syam pada tahun 1147 M Antoikia (tahun 1149 M) dan Mesir pada tahun 1169 M.365 Pasukan Islam selanjutnya dipimpin oleh Salahuddin al-Ayyubi atau saladin, 

Mereka berhasil membangkitkan semangat umat Islam untuk memerangi kaum Salib sehingga dia pada tahun 1175 M berhasil mendirikan Dinasti Ayyubiyah di Mesir di atas reruntuhan dinasti Fatimiyah sebelumnya dan dapat membebaskan Baitul Maqdis pada tanggal 2 Oktober 1187 setelah dikuasai oleh orang Kristen selama 88 tahun.

Selanjutnya Salahuddin Al-Ayyubi memberi ampunan kepada orang-orang Kristen yang tinggal di kota itu. Hal itu bertolak belakang dari sikap orang-orang Kristen pada waktu merebut kota itu dahulu, mereka membantai penduduk dengan tidak berpri kemanusiaan.

Dengan jatuhnya Yerussalem, maka lonceng gereja yang ada di Mesjid al-Aqsa diganti dengan azan dan Salib emas yang terpancang di atas gereja besar dalam kota itu diturunkan. 

Adapun faktor kemenangan pasukan Salahuddin alAyyubi yang berhasil mempertahankan kawasan yang direbut dari tangan pasukan Salib dulu ditentukan oleh beberapa hal. Pertama, keduduka sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai sultan. 

Dinasti Ayyubiyah sangat kuat sehingga dia berhasil memotivasi rakyat untuk mendesak pasukan Salib. Hal ini berbeda dengan keadaan umat Islam pada waktu diserang pasukan Salib I gerakan kedua, disaat itu Dinasti Saljuk sedang mengalami perpecahan, (Nasuttion S, 2018:274-277)

Dampak yang timbul dari pemberontakan kaum nasrani terhadap kaum Muslim

Dampak yang timbul dari kaum nasrani di Eropa

Bangsa Barat Eropa mulai sadar erhadap kemajuan yang dicapai dunia timur, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, sehingga orang barat berdatangan ke Timur untuk belajar dan menggali Ilmu tersebut. Kemudian mereka menyebarluaskan ke Eropa, perkembangan ilmu pengetahuan menjadi pesat setelah jangka waktu yang tidak terlalu lama. 

Manusia mulai kritis terhadap berita-berita pembukaan negeri baru yang dibawa oleh kaum salib ke Eropa seekembalinya mereka dari peperangan di Timur. Sebagai bukti keinsyafan mereka itu ialas berita perjalanan marcapollo dalam langkah awal bagi perjalanan Colombus ke Amerka pada tahun 1492 M 

Raja-raja di Eropa mulai insaf tentang manfaat persatuan demi mencapai cita-cita luhur bagi negaranya dan untuk memperkuat kekuasaan pasu dikemudian hari

Bangsa barat dapat mengenal kebudayaan yunani kuno yang telah diperhatikan dan diterjemahkan oleeh sarjna – sajana islam, sehingga mereka mendirikan masdrasah untuk mempeelajari bahasa Timur (Bahasa arab) di Paris abad ke 11 (Harun1997:1-30 dalam Yusliani, 2014: 261)

Dampak yang timbul dari kaum muslim 

Tingkat Sosial dan Politik, Satu dampak langsung dari hubungan diplomatik ini membawa orang-orang dari agama dan etnis yang berbeda lebih dekat berhubungan satu sama lain seperti yang dikatakan Niall Christie “Muslim dan Frank di Levant menghadiri festival satu sama lain, mengunjungi rumah satu sama lain dan menjalin persahabatan”. 

Transformasi ekonomi yang sampai "perdagangan sebagian besar mengalir dari timur ke barat, tetapi sekarang ada arus balik yang kuat, sementara aliran timur-barat ditingkatkan dan dipercepat". 

Berbagai komoditas perdagangan, karena kualitasnya yang tinggi, dari timur mendapat dorongan segar karena terbukanya lebih banyak pasar sehingga permintaan akan produk-produk ini meningkat karena orang-orang Eropa yang akan datang mengembangkan lebih banyak rasa dan minat pada produk-produk dari Timur.  

Selain itu, banyak pusat perdagangan kosmopolitan didirikan di timur yang tetap sibuk sepanjang tahun dan menjadi pusat perdagangan. Suriah sangat penting karena menghubungkan Eropa dengan Asia; beroperasi sebagai perantara antara pedagang Eropa dan seluruh Asia: Arab, Asia Tengah, dan India.

Penutup

Demikianlah pembahasan mengenai sejarah Pemberontakan Kaum Nasrani Terhadap Muslim Dalam Perang Salib. Semoga pembahasan tersebut dapat memberikan pelajaran dan pengetahuan tentang sejarah serta menambah wawasan dalam informasi sejarah.

Posting Komentar untuk "Pemberontakan Kaum Nasrani Terhadap Muslim Dalam Perang Salib"