Tradisi Sejarah pada Masyarakat Praaksara
Salah satu fungsi mempelajari masa lalu adalah agar mendapatkan pelajaran di masa lampau yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran pada kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang (masa depan).
Tujuannya agar kejadian yang buruk tidak akan terulang kembali dan kita dapat menjadi contoh atau mewariskan hal-hal positif di masa lalu kepada generasi penerus di masa yang akan datang. Dengan demikian, di dalam kehidupan masyarakat kedudukan sejarah sangatlah penting, karena di dalamnya mengandung nilai atau unsur-unsur positif sebagai bekal dalam kehidupan bermasyarakat.
Konsep Pewarisan Sejarah Masyarakat Praaksara
Suatu masyarakat memiliki beberapa cara untuk mewariskan nilai-nilai sejarah yang dapat berupa peristiwa sejarah, nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan, dan adat istiadat kepada generasi penerusnya. Proses pewarisan kebudayaan tersebut dilakukan melalui bukti-bukti tertulis dan penuturan secara lisan dari generasi tua kepada generasi penerus.
Pada masa sejarah, manusia sudah mulai mengenal tulisan sehingga proses pewarisan kebudayaan dilakukan dengan menggunakan tulisan. Sedangkan pada masa prasejarah, manusia belum mengenal tulisan. Masa prasejarah di Indonesia berlangsung sebelum kedatangan agama Hindu-Buddha. Setelah kedatangan ajaran agama Hindu-Buddha, bangsa Indonesia mulai mengenal tulisan Pallawa.
Masa prasejarah disebut juga masa praaksara. Praaksara artinya masa sebelum mengenal tulisan. Peninggalan zaman praaksara adalah berupa bangunan. Seperti, menhir, dolmen, dan punden berundak. Pada masa praaksara manusia belum mengenal tulisan sehingga proses pewarisan nilai-nilai sejarah dilakukan dengan cara lisan yang dilakukan secara turun-temurun.
Proses pewarisan kebudayaan kepada generasi penerus yang dilakukan secara lisan disebut tradisi lisan. Masyarakat praaksara mencatat sejarahnya dalam tradisi lisan. Tradisi lisan berisi peristiwa sejarah suku. Misalnya, sejarah berdirinya suku Nias.
Menurut Jan Vansina, pengertian tradisi lisan (oral tradition) adalah oral testimony transmitted verbally, from one generation to the next one or more (kesaksian yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi). Tradisi lisan berisi pengalaman kolektif manusia masa lampau.
Seperti, asal usul manusia dan terbentuknya suatu kelompok masyarakat atau bangsa. Tradisi lisan muncul di kalangan masyarakat yang belum mengenal tulisan. Di dalam tradisi lisan terkandung unsur - unsur kejadian sejarah, nilai moral, nilai keagamaan, adat istiadat, cerita khayalan, peribahasa, nyanyian, serta mantra-mantra yang ada di kalangan masyarakat.
Namun, perlu disadari bahwa sebagai sebuah karya sastra maupun sejarah tradisional, tradisi lisan hanya memiliki kadar kesejarahan yang sangat terbatas. Hal ini dikarenakan pada masyarakat yang belum mengenal tulisan biasanya kurang bisa membedakan antara fakta, imajinasi, maupun fantasi.
Ketiganya seringkali dicampur adukkan sehingga karya sastra maupun sejarah yang dihasilkan kurang objektif. Selain mengandung unsur kejadian Tradisi lisan seringkali tercampur dengan unsur-unsur yang lain, seperti nilai-nilai moral dan keagamaan, adat istiadat, cerita khayalan, peribahasa, nyanyian, dan mantra-mantra.
Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara
Pada setiap masyarakat yang hidup pada suatu zaman akan selalu memiliki tradisi tertentu sesuai dengan zamannya. Tradisi merupakan adat kebiasaan yang sifatnya turun - temurun.
Karena sudah menjadi adat yang turun - temurun, maka tradisi menjadi sesuatu yang mengikat dan selalu dituruti oleh seluruh warga masyarakat. Adanya kepatuhan tersebut dikarenakan ada anggapan bahwa cara - cara yang sudah diwariskan dari generasi pendahulu merupakan cara yang paling baik dan benar. Dengan demikian, tradisi merupakan suatu ikatan yang penting dalam kehidupan kolektif masyarakat.
Tradisi sejarah yang dianut oleh masyarakat merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Seperti tradisi yang berkembang pada masyarakat praaksara ini adalah bagian dari kebudayaan masyarakat tersebut. Pada masa ini, karena tulisan belum dikenal maka tradisi sejarah yang berkembang adalah tradisi lisan yang dituturkan dari mulut ke mulut.
Tradisi lisan merupakan kesaksian lisan yang juga memiliki fungsi sebagai sarana untuk mewariskan nilai - nilai masa lalu dari generasi pendahulu kepada generasi penerusnya. Jenis tradisi lisan yang berkembang dalam masyarakat Indonesia masa praaksara adalah bahasa rakyat, sajak rakyat, cerita rakyat, teka - teki rakyat (pertanyaan tradisional), peribahasa rakyat (ungkapan tradisional), serta nyanyian rakyat.
Sering kali pengertian tradisi lisan dianggap sama dengan folklor. Namun, kedua unsure kebudayaan tersebut sebenarnya memiliki perbedaan. Menurut James Danandjaja, folklor adalah kebudayaan suatu masyarakat yang diwariskan secara turun - temurun dalam bentuk lisan, gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat (mnemonic device). Proses penyebaran folklor dilakukan secara lisan dari mulut ke mulut atau dengan cara yang lain.
Agar dapat membedakan folklor dengan bentuk kebudayaan lainnya maka harus dipahami terlebih dahulu ciri - ciri folklor. Menurut James Danandjaja, ciri - ciri folklor, adalah sebagai berikut :
- Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari mulut ke mulut dan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relative tetap atau dalam bentuk standar.
- Berkembang dalam versi yang berbeda-beda karena penyebarannya secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan.
- Bersifat anonim.
- Biasanya mempunyai bentuk rumus atau berpola. Misalnya, pada cerita rakyat menggunakan kata pembuka yang baku, seperti “sahibul hikayat” atau “menurut empunya”, “anuju sawijining dina” (Pada suatu hari). Sedangkan kata penutupnya adalah “dan mereka pun hidup bahagia selama – lamanya” atau “demikianlah konon”.
- Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Misalnya, cerita rakyat berguna sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan yang terpendam.
- Bersifat Pralogis, yakni mempunyai logika tersendiri yang berlainan dengan logika umum. Ciri ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagaian lisan.
- Menjadi milik bersama dari masyarakat tertentu. Hal ini terutama karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga anggota masyarakat yang bersangkutan merasa memilikinya.
- Pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar atau terlalu spontan. Hal ini wajar mengingat banyak folklor merupakan proyeksi atau cerminan emosi manusia yang paling jujur.
Tarian tradisional Sumatera Selatan |
Menurut Jan Harold seorang ahli folklor Amerika Serikat, mengatakan bahwa berdasarkan tipenya folklor dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor bukan lisan (non lisan). Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya murni lisan.
Bentuk - bentuk folklor yang termasuk ke dalam golongan in adalah bahasa rakyat, sajak atau puisi rakyat, cerita rakyat, ungkapan tradisonal, pertanyaan tradisional, dan nyanyian rakyat. Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran antara unsure lisan dan unsure bukan lisan.
Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sociofact), seperti kepercayaan rakyat dan permainan rakyat. Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, meskipun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Jenis folklor bukan lisan dibagi menjadi dua jenis, yaitu material dan non material.
Contoh folklor material adalah arsitektur rakyat, kerajinan rakyat, makanan dan minuman rakyat, pakaian dan perhiasan tradisional rakyat, serta obat-obatan tradisional. Sedangkan yang non material adalah gerak isyarat tradisional dan komunikasi tradisional, seperti bunyi kentongan sebagai tanda bahaya dan music tradisional.
Folklor hanya merupakan sebagian dari unsur kebudayaan yang penyebarannya dilakukan secara lisan. Itulah sebabnya ada yang menyebut bahwa folklor sama dengan tradisi lisan. Tradisi isan hanya terbatas di dalam kebudayaan lisan dari masyarakat praaksara, sedangkan folklor mencakup tradisi lisan yang berkembang sejak zaman masyarakat praaksara hingga saat ini.
Misalnya, adat istiadat dan cerita rakyat. Dengan demikian, tradisi lisan merupakan salah satu unsure folklor lisan. Oleh karena itu, folklor lebih luas cakupannya dibandingkan dengan tradisi lisan. Jenis - jenis tradisi lisan terdiri atas cerita rakyat, teka-teki rakyat, peribahasa rakyat, dan nyanyian rakyat. Jenis folklor mencakup semua jenis tradisi lisan, tarian - tarian rakyat, dan arsitektur rakyat.
Penutup
Ada banyak tradisi sejarah pada masyarakat praaksara yang belum dapat diketahui. Namun sebagai generasi penerus tradisi tersebut merupakan peninggalan bersejarah yang harus dilestarikan.
Semoga pembahasan mengenai tradisi sejarah pada masyarakat praaksara dapat memberikan pelajaran dan pengetahuan tentang sejarah serta menambah wawasan dalam informasi sejarah.
Posting Komentar untuk "Tradisi Sejarah pada Masyarakat Praaksara"
Posting Komentar
Jika ada yang ingin disampaikan, silahkan tinggalkan pesan dikolom komentar :)