Tradisi Barong Ider Bumi di Desa Kemiren Banyuwangi

tradisi barong ider bumi

Ider Bumi merupakan upacara yang diselenggarakan oleh masyarakat Using Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan seluruh warga masyarakat melalui keamanan desa.

Upacara Ider Bumi selalu disambut baik oleh seluruh warga karena terkait dengan mitos yang mereka yakini tentang Buyut Chili (danyang Desa Kemiren).

Menurut Kholil (2011) Ider Bumi memiliki makna tersendiri. Kata Ider berarti keliling sehingga dapat diartikan bahwa Ider Bumi berarti mengelilingi tanah atau area tempat tinggal mereka yaitu perkampungan penduduk. 

Upacara Ider Bumi dapat menunjukkan betapa eratnya hubungan antara agama dan budaya dalam sebuah festival. Upacara Ider Bumi dilakukan dengan menyuguhkan berbagai kesenian yang terkandung dalam prosesi arak-arakan yaitu jalan bersama bagi seluruh peserta dengan mengikuti rute yang telah ditentukan.

Dalam hal ini seluruh peserta memiliki interaksi yang sangat erat. Arak-arakan dapat disamakan dengan festival karena merupakan sebuah pesta budaya yang bersifat publik yang selalu dikaitkan dengan upacara keagamaan.

Dalam jurnal yang ditulis oleh Sulistyani (2010) dijelaskan bahwa awal mula pelaksanaan upacara/ ritual Ider Bumi karena adanya Pageblug di desa Kemiren sekitar tahun 1800-an, jika ada orang yang paginya sakit maka sorenya meninggal demikian pula jika sorenya sakit maka paginya meninggal.

Wabah tersebut tidak hanya terjadi pada manusia tetapi juga tanaman di sawah yang terserang hama sehingga warga merasa ketakutan dengan adanya peristiwa tersebut. Sehingga mereka memutuskan untuk tidur secara berkelompok.

Hingga akhirnya beberapa sesepuh desa Kemiren ziarah ke makam Buyut Cili untuk mendapatkan pertolongan dan petunjuk dalam menghadapi wabah tersebut. Selang beberapa hari mereka mendapatkan wangsit melalui mimpi bahwa warga desa Kemiren harus mengadakan upacara Slametan dan arak-arakan melintasi jalan desa. Setelah dilaksanakan upacara tersebut semua penyakit atau wabah hilang. 

Sedangkan menurut Sari (2015) awal mula diadakannya upacara adat Barong Ider Bumi bermula dari seorang Buyut Cili yang ingin menghibur cucunya dengan mengadakan arak-arakan Barong mengelilingi desa Kemiren pada hari raya idul fitri ke-2.

Cucu Buyut Cili merasa sangat senang, ia sambil memegang janur kuning dan mengikuti arak-arakan Barong yang saat itu dinamakan Barong Ider Bumi. Saat Buyut Cili dan cucunya sudah tidak ada, arak-arakan barong Ider Bumi tetap diselenggarakan setiap tahunnya secara turun-temurun.

Pelaksanaan Ritual Ider Bumi

Dalam pelaksanaan upacara Ider Bumi melibatkan seluruh warga desa Kemiren dari anak-anak hingga orang tua. Keterlibatan anak-anak tidak hanya sebagai penggembira untuk meramaikan jalannya upacara saja tetapi secara tidak langsung mereka terlibat pada saat prosesi penaburan sesaji.

Keterlibatan warga dimulai dari persiapan upacara, diawali dari penetapan panitia penyelenggara, pemasangan umbul-umbul, spanduk, dan hiasan lainnya,serta pembuatan tempat upacara dan panggung musik tradisi atau angklung paglak. 

Upacara Ider Bumi dilaksanakan setahun sekali tepatnya pada hari raya Idul Fitri kedua. Dalam hal ini terjadi adanya penggabungan antara Islam dengan pra-Islam.

Hari raya Idul Fitri merupakan hari yang sakral bagi umat Islam karena merupakan hari kemenangan atau hari yang suci karena kembalinya umat manusia ke fitrahnya. Menurut masyarakat Using yang mayoritas beragama Islam, saat itu merupakan hari yang tepat untuk menyelenggarakan ritual Ider Bumi.

A. Lokasi Upacara

Pelaksanaan persiapan penyelenggaraan ritual Ider Bumi dilakukan di beberapa tempat diantaranya: di makam Buyut Cili dan, di rumah barong tepatnya rumah Safi'i yang merupakan tempat penyimpanan perlengkapan Barong. Ritual persiapan tersebut dilakukan agar pelaksanaan upacara berjalan lancar serta mendapatkam keselamatan baik bagi pemilik Barong maupun seluruh masyarakat desa Kemiren.

Sedangkan tempat utama dari pelaksanaan upacara Ider Bumi dibagi menjadi dua yaitu: prosesi arak-arakan dilakukan disepanjang jalan utama desa dari ujung timur (perbatasan dengan desa Banjarsari) hingga ujung barat (perbatasan dengan desa Tamansuruh).

Sebagai tempat puncak upacara Ider Bumi adalah di jalan desa mulai batas paling timur dari depan rumah Barong menuju Barat sepanjang yang diperlukan. Pelaksanaan yang dimulai dari timur menuju Barat berkaitan dengan keyakinan umat islam bahwa arah barat merupakan kiblat umat islam. Pelaksanaan ritual tidak menggunakan tempat lain meskipun terjadi hujan. 

B. Sarana Upacara

Dalam ritual Ider Bumi, sesaji merupakan salah satu sarananya. Tujuannya agar roh-roh tidak mengganggu dan mendapatkan keselamatan. Sesaji merupakan sarana pokok dalam sebuah ritual sehingga tidak boleh ditinggalkan. Sesaji dalam ritual ider bumi terbagi dalam tiga tempat yaitu dimakam Buyut Cili, di rumah Barong, dan di jalan desa. 

Sesaji di makam Buyut Cili terdiri dari: tumpeng, pecel pitik, jenang abang, dua batang rokok, kinangan, toya arum, dan sekul arum atau kemenyan. Sedangkan sesaji dirumah Barong terdiri dari sekul arum dan rokok. Dan sesaji yang digunakan di jalan desa terdiri dari: sekul arum, toya arum, jenang abang dan jenang putih, sembur utik-utik, sego golong, tumpeng, dan pecel pitik.

C. Prosesi Ider Bumi

Ider Bumi diakukan dengan melantunkan kalimah thayyibah selama perjalanan mengelilingi desa. Prosesi arak-arakan dilaksanakan pada siang hari sekitar pukul 15.00 dengan alasan cuaca sudah tidak terlalu panas dan prosesi yang akan berlangsung dalam waktu yang cukup lama sehingga diharapkan nantinya acara selesai tidak terlalu malam. 

Menurut Sulistyani (2010) pelaksanaan ritual Ider Bumi didukung oleh beberapa komponen yang dilaksanakan secara berurutan. Adapun urutan peserta arak-arakan adalah sebagai berikut:

  • Urutan paling depan adalah dua orang yang membawa umbul-umbul khas desa Kemiren (terbuat dari pelepah pohon enau yang masih disisakan sedikit daunnya dan diisi kain motif juono/ rembang dan bermacam jajan) yang berjalan beriringan disebelah kanan dan kiri. Pembawa umbul-umbul juga mengenakan pakaian putra khas Banyuwangi yaitu Tulik.
  • Pendukung utama dalam ritual ini adalak kelompok kesenian Barong yang dimulai dengan sepasang penari macan-macanan yang berjalan beriringan di sebelah kanan dan kiri. Selama prosesi berlangsung penari hanya berjalan biasa (tidak melakukan atraksi), kemudian dibelakangnya ada sepasang penari pitik-pitikan yang berjalan beriringan di sebelah kanan dan kiri, penari sering melakukan tarian sambil berjalan. Kemudian dibelakangnya terdapat pendukung utama yaitu Barong yang menari sambil berjalan yang diiringi dengan kelompok musik.
  • Modin (petugas desa bidang keagamaan) menaburkan sesaji yang didampingi oleh pemangku adat. Pada bagian ini paling ramai karena anak-anak memperebutkan sesaji yang berisi uang. Mereka saling berebut untuk mendapatkan sesari/ uang recehan.
  • Kelompok ibu ibu yang membawa sesaji, kinangan, dan air yang dimasukkan dalam kendhi dan ditempatkan kedalam bokor kuningan yang digendong menggunakan kain khas Using Kemiren.
  • Kelompok Jebeng-Tulik yaitu kelompok muda-mudi Using yang mengenakan pakaian khas Banyuwangi. Jebeng membawa sesaji yang berisi jenang merah dan putih serta dilengkapi air, sedangkan Tulik mendampingi dengan membawa payung untuk menghindari sinar matahari.
  • Kelompok pembawa tumpeng yang diusung dengan acak.
  • Kelompok jaran kecak (seekor kuda yang berjalan dengan menggerakkan kepala dan langkah kaki mengikuti irama musik), yang dinaiki oleh Bupati Banyuwangi dan Kepala Dinas Pariwisata Seni dan Budaya diikuti penunggang kuda lainnya yaitu seorang anak kecil. 
  • Kelompok musik rebana (bordah) dengan mengenakan busana muslim.
  • Kelompok ibu-ibu PKK mengenakan busana adat.
  • Kelompok aparat desa seperti kepala desa dan staf, serta warga yang yang ikut dalam prosesi dengan mengenakan pakaian warna hitam dengan udeng dan kain batik motif gajah uling.
  • Kelompok musik kuntulan yang ikut memeriahkan susasana karena kompak dan musik yang keras.
  • Kelompok terakhir adalah kelompok masyarakat yang mengikuti jalannya prosesi, sebagai penggembira dan menambah suasana yang meriah.

Ritual dimulai dengan mengatur peserta kemudian berjalan dari rumah Barong melintasi jalan utama desa dan terakhir dipusatkan ditempat pelaksanaan slametan. Setelah sampai ditempat tujuan mereka disambut oleh beberapa warga yang tidak ikut dalam prosesi arak-arakan.

Acara diawali dengan pembacaan doa menggunakan bahasa Using dan bahasa Arab sebagai pernyataan niat diselenggarakannya slametan dan dilanjutkan dengan makan bersama. Dalam acara slametan suasana tampak akrab dengan seluruh warga tanpa mengenal status sosial maupuan umur.

Penutup

Demikianlah pembahasan mengenai sejarah Tradisi Barong Ider Bumi di Desa Kemiren Banyuwangi. Semoga pembahasan tersebut dapat memberikan pelajaran dan pengetahuan tentang sejarah, serta menambah wawasan dalam informasi sejarah.

Posting Komentar untuk "Tradisi Barong Ider Bumi di Desa Kemiren Banyuwangi"