Ritual Seblang sebagai Warisan Leluhur di Desa Bakungan Kabupaten Banyuwangi

seblang warisan leluhur desa bakungan

Seblang merupakan sebuah ritual yang diadakan untuk bersih desa dan rasa syukur pada hasil panen yang melimpah, seblang sendiri disebut sebagai tradisi paling tua yang ada di salah satu daerah pulau Jawa, tepatnya di Desa Bakungan Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur.

Sejarah dan Perkembangan Seblang

Seblang pertama kali dilaksanakan sejak tahun 1639, seblang diadakan karena masyarakat ingin melakukan babat alas. Babat alas ini dilakukan oleh Mbah Joyo, dilakukan untuk menebang pohon “nogosari” namun pohon tersebut ada dayang yang menjaga, untuk melakukan pembabatan harus dilakukan perjanjian namun juga selalu gagal.

Ada 9 dayang penguasa tempat/kelurahan Bakungan. Jika masyarakat ingin berhasil memindahkan ke 9 dayang tersebut maka harus dilakukan sebuah ritual yang bernama “bersih desa”, malam harinya dibuatlah tradisi seblang. Seblang juga dilaksanakan karena adanya pengaruh penjajahan Belanda pada masa itu.

Hal itu dilakukan oleh Raja Blambangan dan Raja Bali untuk mengelabuhi penjajah dengan dilakukannya “sabung ayam”. Penari Seblang pertama adalah laki-laki bernama Mbah Gondo. Seblang itu berasal dari kata “seb” yang artinya diam dan “lang” artinya menghilang langgeng, maka Seblang adalah sunyi dan abadi.

Seblang dilaksanakan pada bulan Haji atau satu minggu setelah Hari Raya Idhul Adha. Meskipun seblang sudah ada sejak tahun 1639 namun seblang pernah mengalami kevakuman pada masa peralihan pemerintahan Kolonial Belanda ke penjajahan Jepang, yang kedua pada masa pemerintahan presiden Soekarno ke presiden Soeharto.

Lalu Seblang diadakan kembali pada tahun 1967 oleh Mbah Ruslan (pawang seblang). Kevakuman tari seblang ini bukan berarti kegiatannya berhenti atau tidak dilaksanakan namun hal ini tidak dilaksanakan karena meminimalisir kegiatan yang memicu atau mengundang keramaian karena ditakutkan terjadi isu-isu PKI.

Tetapi kevakuman ini menimbulkan hutang pelaksanaan ritual tari seblang pada masa itu sehingga nanti harus diganti dengan mengadakan kegiatan serupa yang sesuai dengan aturang yang diberikan oleh leluhur. Penari seblang harus memiliki garis keturunan dari Dewi Sri atau keturunan leluhur yang menjadi penari pertama kali.

Penari dan Ritualnya

Penari sejak tahun 2014 adalah Mbah Supani yang merupakan keturunan Seblang Mbah Dawi. Penari yang bisa melakukan ritual Seblang adalah keturunan anak perempuan. Keturunan dari anak laki-laki tidak bisa menjadi penari seblang, namun jika tidak ada lagi keturunan yang bisa menjadi penari maka pawang seblang akan melakukan meditasi atau pengetesan untuk mencari penari seblang berikutnya.

Jika dalam tes yang dilakukan pawang seblang untuk leluhur berhasil maka calon yang sudah diputuskan tidak bisa menolak karena telah dipilih oleh leluhur, dan calon penari wajib melakukan ritual seblang sampai Sukabumi (meninggal).

Dalam pelaksanaan ritual seblang, terdapat beberapa tokoh masyarakat berziarah bertujuan untuk mendapatkan izin yang dilakukan di makam leluhur mereka di desa bakungan. Ritual tari seblang diawali dengan kegiatan pagi yaitu menyiapkan sanggar.

Setelah sanggar siap, sanggar tersebut dibuat di tengah jalan yang berada tepat di depan balai atau tempat masyarakat berkumpul, sanggar dihias dengan sedemikian rupa sehingga tampak seperti sebuah tempat yang terlihat indah dengan dekorasi bunga dan janur.

Sanggar tidak boleh ditempati ataupun ditutup dengan kain atau tarop jika sanggar tertutup yang terjadi penolakan dari leluhur berupa turunnya hujan yang tiada henti sampai faktor yang menyebabkan sanggar tertutup dihilangkan atau dipindahkan ke tempat yang seharusnya, biasanya di sekitar sanggar diberikan pembatas agar tidak sembarang orang dapat memasuki arena.

Karena yang boleh memasuki panggung hanya penari, pawang, pengudang dan tokoh adat, didalam sanggar tidak lupa dilengkapi dengan sesajen berupa hasil panen masyarakat bakungan yang di berikan atas wujud rasa syukur terhadap leluhur yang telah menjaga kesuburan tanah dan keberhasilan panen.

Kemudian ritual seblang dilakukan pada siang hari tepatnya setelah dhuhur, penari seblang melakukan nyekar ke makam leluhur atau penari sebelumnya, disana para penari dan tokoh adat melakukan pembacaan doa yang ditujukan untuk leluhur desa bakungan terutama untuk leluhur yang melakukan tari seblang dan babat alas desa bakungan pertama kali.

Selanjutnya ritual pergi ke sumber mata air yang menjadi tempat air penawar, selanjutnya ritual di sumber mata air ini penari membasuh diri dan wudlu serta mengambil air suci yang digunakan untuk penawar ketika penari selesai menarikan tari seblang di arena turnament.

Maka untuk menetralkan masyarakat yang telah turut serta dalam tarian seblang, masyarakat yang turut menarikan tarian ini biasanya terkena kibasan slendang sehingga harus dinetralkan untuk menghindari terjadinya bala yang bisa terjadi.

Setelah selesai ritual dari sumber mata air selanjutnya ritual dilanjutkan dengan sholat maghrib berjamaah yang dilanjutkan dengan keluar sambil membawa onchor dan mengelilingi desa bakungan serta seluruh aliran listrik dipadamkan untuk sementara, ritual ini dinamakan dengan idher bumi.

Ritual selanjutnya adalah selametan yang mana disetiap rumah terdapat makanan tumpeng pecel pitik yang bisa dikonsumsi oleh seluruh masyarakat yang mengikuti ritual ini.

Terakhir adalah Tarian Seblang, namun sebelum dimulai sang penari dirias dan mengenakan omprok yang terbuat dari kain putih atau kain kafan. Sebelum melakukan tarian penari terlebih dahulu memberi salam atau sungkem kepada leluhur, biasanya sehari sebelumnya juga penari didatangi roh leluhur sebagai salah satu bentuk perijinan.

Mbah Supani - Penari Seblang

Berdasarkan penuturan dari sesepuh yaitu mbah supani selaku penari seblang, selama kurang lebih 5 tahun terakhir bentuk roh leluhur memberikan ijin adalah dengan adanya sinar putih yang sangat terang diatas rumah mbah supani, hal itu dianggap sebagai bentuk pemberian ijin dari roh leluhur bahwa tarian seblang siap untuk diselenggarakan.

Saat melakukan tarian maka penari seblang matanya akan ditutup bukan dengan penutup kain melainkan ditutup matanya oleh leluhur, karena yang menarikan tarian seblang adalah roh leluhur dan roh dari mbah supani berada di dimensi lain.

Berdasarkan penuturan dari mbah supani, ketika tarian seblang dimulai mbah supani merasa dibawa ke dunia yang berbeda dengan dimensi sebelumnya, penari juga akan didampingi oleh seorang pawang sebagai orang yang mendatangkan roh leluhur yaitu buyut Rasio, buyut Kethut dan buyut Jalil.

mbah supani penari seblang
Ilustrasi gambar, mbah supani dan kedua pengudhang sedang menari

Didampingi oleh dua orang pengudhang yaitu satu laki-laki dan satu perempuan. Pegudhang ada untuk mendampingi tubuh dari mbah supani ketika menari karena roh yang berada didalam tubuh mbah supani merupakan roh leluhur jadi fungsi pengudhang dalam tarian seblang adalah untuk menjaga tubuh penari dan membuat roh leluhur merasa puas akan sambutan yang telah disajikan.

Dalam tarian seblang terdapat beberapa Gending, tiap pergantian gending dilaksanakan sesuai dengan permintaan penari, dan tiap-tiap gending memiliki makna sejarah yang berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi pada masa itu.

Saat gending dimainkan masyarakat Bakungan percaya bahwa Roh Leluhur membersihkan desa dari hal buruk yang ada di desa Bakungan. Setelah penari sadar tahap yang paling terakhir adalah perebutan sesajen ataupun hiasan omprok penari yang dipercaya oleh masyarakat akan membawa keberuntungan.

Dulu pernah tidak diadakan tari seblang oleh Pak Lurah yang bernama Ramlan, kemudian terjadi pagebluk, banyak yang terkena penyakit dan ladangan pertanian milik masyarakat sekitar banyak yang rusak.

Hal ini terjadi karena seblang Bakungan bukanlah sebuah pertunjukan atau hiburan saja, namun seblang adalah tradisi yang sakral. Dalam pelaksanaan ritual Seblang juga tidak diperbolehkan menambah ataupun mengganti runtutan pelaksaan dalam ritualnya.

Penutup

Informasi tersebut merupakan hasil dari wawancara dengan kepala Adat Bakungan, Penari Seblang dan anak dari kepala adat. Jika ada kesalahan dalam penulisan atau dalam penyampaian mohon kiranya agar dimaklumi.

Demikianlah pembahasan mengenai Sejarah dan Perkembangan Seblang. Semoga pembahasan tersebut dapat memberikan pelajaran dan pengetahuan tentang sejarah serta menambah wawasan dalam informasi sejarah.

Data narasumber wawancara:

Narasumber 1

  • Nama: Supani (Penari Seblang)
  • TTL: 15 April 1954
  • Alamat: Jl. Letjen Suparman Rt 03 Rw 01, Desa Sobo

Narasumber 2

  • Nama: Heri Purwoko (Kepala Adat Bakungan)
  • TTL: 15 April 1970
  • Alamat: Kelurahan Bakungan

Narasumber 3

  • Nama: Indah Pratiwi (anak Kepala Adat Bakungan dan Pengurus Karang Taruna Desa Bakungan
  • TTL: 11 Mei 1994
  • Alamat: Kelurahan Bakungan

Posting Komentar untuk "Ritual Seblang sebagai Warisan Leluhur di Desa Bakungan Kabupaten Banyuwangi"